Sabtu, 27 September 2014

MEMBUNUH RASA



Ingin rasanya tak punya hati. Agar tidak pernah ada rasa. Rasa apapun itu ! Tak perlu ada senang bila akhirnya susahpun akan datang. Menitik juga airmata. Berkali-kali timbul tenggelam dalam susah dan senang sendirian. Pasangan rasa yang selalu ada.
Ingin rasanya tak punya rasa. Rindu atau cinta, ataupun benci. Seperti malaikat ! Jalani hidup lurus tanpa beban. Nikmati apa yang ada. Tanpa ambisi untuk lebih. Mungkin sebagian dari kalian akan berkata,”hanya hati dan rasa yang bedakan kita dari binatang”. Bullshit…saat ini aku banyak melihat manusia yang punya hati dan rasa, bahkan mengerti arti rasa ! lebih binatang dari binatang.
Sebijak apa aku harus jalani hidup ?! setangguh apa aku harus menantang dunia ?! Sudah ! Aku sudah berpegang kuat pada kesabaran dan cinta, serta kasih sayang. Agar aku bisa dikatakan manusia. Namun, dera siksa rasa datang bertubi-tubi. Rasa yang tak kuinginkan. Sakit, pilu, sedih dan segala rasa sakit yang tak pernah ku undang. Ketika aku mengutarakan rasa sakitku. Mereka hanya berkata,”Hidup tak seindah yang kau bayangkan !”.
Lalu dimana dia sekarang ini ? seorang yang dulu pernah membawa cinta tanpa mengharap apa-apa. Tak ada ! Kurasa tak ada cinta apa adanya seperti banyak penulis novel ceritakan dalam episode cinta harapannya. Itu hanya harapan ! Harapan aku dan kebanyakan orang diatas bumi ini untuk mendapatkan cinta tanpa harga, hanya setia ! Rupanya aku tertipu. Dulu ! Sebelum aku mengenal cinta. Berharap seorang pangeran datang menjemputku dengan segala cinta yang dimiliknya. Tak ada cinta ! Ketika semua tirai terbuka dan perlihatkan padaku. Bahwasanya cinta hanyalah perkara balas – membalas rasa. Tidak lebih dari itu ! 
Mungkin sekarang, aku harus kebalkan hati. Butakan mata. Matikan rasa. Membunuh cinta. Membuang rindu. Sehingga ketika sakit dan pilu datang mengunjungiku, aku tak punya rasa apa-apa. Bahkan ketika ia datang membawa mawar dan selusin cinta. Aku hanya berkata, “Aku tak punya apa-apa !”


Sabtu, 13 September 2014

KRITERIA CANTIK MENURUT ISLAM

Berawal dari sebuah komentar teman tentang foto profil saya yang terpampang di facebook. Ia berkata, "foto profilnya nggak cantik banget !". Saya balas pesan darinya, "Walopun nggak cantik, tapi ini karunia Tuhan". Memang sih, wajah saya tidak terlalu cantik. So what ??? nggak masalah bagi saya (kalo masalah bagi kamu,  DL deh !).
Pandangan sempit ini seharusnya dibenahi. Wanita diciptakan oleh Allah lengkap dengan segala kecantikannya. Hanya laki-laki yang tak bermata hati yang tidak bisa melihatnya. So, sahabat Muslimah yang wajahnya kurang cantik jangan merasa rendah diri. Dari abu Hurairah, Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”innallaha la yanzhuru ila ajsamikum wa la ila shuwarikum walakin yanzhuru ila qulubikum” ”sesungguhnya Allah tidak melihat fisik kalian dan rupa kalian akan tetapi Allah melihat hati kalian” (HR. Muslim). Jadi cantik bukan dilihat dari fisik tapi dari akhlak!

Selasa, 02 September 2014

KETIKA KITA BERJUMPA

Sore hampir berlalu. Semburat jingga tampak memudar berganti abu-abu. Aku sedang menunggu. Iya ! menunggu seseorang yang telah berjanji padaku. Bukan janji spesial. Hanya janji untuk mengantarkan buku. 
"Kakak lagi di hotel Lading. Kalau sudah datang sms kakak ya?" Aku mengirimkan satu pesan untuknya. Dari jauh kumandang ayat suci terdengar bergaung dari menara-menara mesjid. Takut bila ia lupa akan janjinya. Ada rasa penasaran yang membuncah di dadaku. Penasaran akan isi buku yang katanya merupakan kumpulan cerita dari pengarang muda Aceh.
"Aku sudah di depan ini kak". Kubaca sebuah pesan masuk dari sebuah nomor. Amek ! Nama yang diberikan oleh seorang teman bila aku ingin mendapatkan buku (yang menurutku istimewa) itu. Pesan darinya mengajakku untuk melangkah lebih cepat menuju gerbang hotel. Tampak seorang anak muda, sangat muda menurutku. Dengan gaya polos dan cueknya. Tidak ada yang istimewa, semuanya biasa saja.