Kamis, 28 Agustus 2014

MERENGKUH MIMPI

Kepakku telah jauh
merengkuh mimpi-mimpi

di tangga pelangi

berputar-putar diangkasa raya
tanpa jeda
putihkupun memudar
kerut-kerut pilu menghujam wajahku
senja sudah usia
sedang impian belum sempurna

REZEKI DARI TUHAN

Jangan sedih ananda
bila malam ini kita hanya punya lauk
minyak dan garam
karena
ini juga rezeki dari Tuhan
bunda temukan dari tumpukan sampah
saat matahari tepat diatas kepala

jangan takut
ananda
ini tidak kotor !
bersih,
karena tadi keringat bunda bercucuran
memilah sampah jadi rupiah

bersyukurlah ananda
karena Tuhan 
masih sediakan sampah
rezeki kita


CINTA SEADANYA

Masih bisakah kau setia ?
bila masa merubah rupa
kerut-kerut tua menjelma
bibirpun mulai memerah senja

duhai kekasih
masihkah ada setia ?
ketika raga meregang nyawa
atau
kau hanya tergugu sendu
untuk satu minggu

ah,
usah repot karang cerita tentang setia
tetaplah mencinta
semampumu saja
karena
aku juga manusia
yang hanya bisa mencinta
tanpa mampu berkoar untuk setia

GALAU

Aku galau
kacau menceracau
ah engkau !
bagai embun berkilau
dihati yang hijau

engkau bagai cincau
biar hitam buat aku sakau
sungguh !

TAKDIR

Sudahlah !
cerita ini hanya bagian dari skenario-Nya
usah patah hati bila hendak tak tercapai
bukanlah gagal
hanya saat belum tepat
cukuplah sabar dan taat
agar ada kebaikan di setiap keburukan

SAHABAT

Persahabatan
aku dan kau
tetaplah jadi sahabat
yang mencinta dan dicinta
tanpa pinta
dan
balas jasa
setia
seperti saudara

Selasa, 26 Agustus 2014

DAMBA













Kala senyum terukir
bisakah kau membaca
bahwa ada harap yang samar

bukalah hati
lembutkan rasa insani
agar dirimu bisa pahami
bahasa kalbu
yang terpancar dari binar mata
dan
senyum itu
untukmu

SEPI

Ketika sepi
kujadikan rerumputan sahabat
biarkan nyanyian
sayup terhembus angin
melenaku
dihijaumu
damaiku

ITULAH HIDUP

Hujan turun deras diluar jendela kamar. Sambil duduk ku pandangi hujan yang jatuh beramai-ramai menyirami bumi. Begitu ramainya sehingga tidak terhitung berapa banyak mereka turun, byuuuuurrrr ! Seperti ribuan mungkin juga milyaran jarum meluncur cepat dari langit. Terkadang jatuhnya miring ke kanan atau ke kiri, mengikuti panggilan lambaian angin kemudian kembali tegak lurus saat angin berhenti. Itulah hidup, terkadang kita tidak pernah tau kemana kita akan bermuara. Walau sebenarnya tujuan telah kita tetapkan.

Sabtu, 23 Agustus 2014

CATATAN HATI SUCI

Faris terpaku menatap onggokan tanah merah yang masih baru dihadapannya. Dorongan hati yang membawanya jauh dari Jakarta ke Aceh, hanya untuk menjumpai seorang wanita yang telah menggoyahkan hatinya. Wanita yang tidak dikenalnya sama sekali. Wanita dari dunia maya yang telah merubah jalan hidupnya.

Sabtu, 02 Agustus 2014

TEUMEUTUEK

Tradisi Teumeutuek, #aneukmudapidie pasti tau tradisi yang satu ini ! Apalagi bagi kalian yang sudah menikah pasti sudah mengalaminya. Bagi kalian yang belum tau apa itu Teumeutuek, saya bakal share deh tradisi Aceh yang satu ini :).
Linto Baro dan Dara Baro (sumber : visitacehdarussalam.blogspot.com)
Teumeutuek adalah tradisi pemberian uang dari orangtua atau pihak keluarga kepada Dara Baro (pengantin wanita) ataupun Linto Baro (pengantin pria). Seorang Linto Baro atau Dara Baro bisa mengalami beberapa kali pemberian teumeutuek.
Pertama, seorang Linto Baro atau Dara Baro akan menerima pemberian teumeutuek dari ibu dan keluarga sebelah ibu pada saat di peusijuek (tepung tawar) menjelang acara pernikahannya. Jumlah uang yang diterima biasanya tidak ada patokan tertentu. Tergantung dari keikhlasan orang memberi.
Kedua, tradisi teumeutuek dialami saat preh Linto Baro atau Dara Baro (acara ngunduh mantu). Preh Linto Baro (ngunduh mantu pria) teumeutuek dilakukan oleh pihak keluarga Dara Baro. Uang yang diberikan sesuai dengan jumlah idang (bawaan/seserahan) Linto Baro. Begitu juga dengan sebaliknya, pada saat acara preh Dara Baro (ngunduh mantu wanita). Maka teumeutuek dilakukan oleh pihak keluarga Linto Baro. Tergantung juga dari idang yang dibawa oleh Dara Baro. Namun disini, teumeutuek tidak hanya berupa pemberian uang, bisa juga dalam bentuk emas. Tergantung pada kemampuan pihak keluarga masing-masing.
Ketiga, tradisi teumeutuek terakhir yang dialami oleh Linto Baro dan Dara Baro. Biasanya terjadi pada saat Linto Baro atau Dara Baro pertama kali mengunjungi keluarga masing-masing di hari Lebaran. Bagi Linto Baro sebelumnya, dia punya kewajiban membawa antaran berupa daging untuk Dara Baro di hari meugang, baik meugang puasa atau meugang uroe raya. Ibu Dara Baro akan memberikan teumeutuek di hari lebaran kepada Linto Baro sesuai denga jumlah kilo daging yang dibawa pulang oleh Linto Baro. Selanjutnya, apabila Linto Baro ingin mengunjungi sanak keluarga maka dia harus membawa bungkusan berupa gula, susu, atau sirop dengan roti. Keluarga yang dikunjungi wajib teumeutuek pada Linto Baro sebagai balasan dari bawaanya. Begitu juga dengan Dara Baro. Pertama kali berkunjung ke rumah mertua maka dia harus membawa wajeb (wajik) dalam wadah talam/nampan. Sebagai balasannya, ibu mertua melakukan teumetuek kepada Dara Baro.
Ribet ya????? :) memang sih....tapi saya bahagia sih waktu menjalaninya dan lebih bahagia lagi apabila acara berkunjungnya berakhir. Menghitung uang.....! He...he...he...lumayan bila digabung dengan jumlah uang teumeutuek yang diperoleh suami.
Eiits....dont forget it #aneukmudapidie, tradisi teumeutuek ini bukan hanya sekedar pemberian uang. Lebih dari itu ! Ini menyangkut harga diri masing-masing pihak keluarga. Uang yang diberikan tidak boleh terlalu rendah dibawah harga barang atau seserahan yang dibawa. Jika ada pihak keluarga yang teumeutuek dibawah harga seserahan bisa dikatakan dia tidak punya rasa malu dan tidak menjaga kewibawaan keluarganya.
Tulisan ini hanya sekedar berbagi pengalaman. Bila ada kesalahan mohon koreksi, mungkin diantara #aneukmudapidie yang membaca bisa lebih menambah wawasan saya dengan tradisi Aceh yang satu ini. Tetap bangga menjadi #aneukmudapidie.