Kisah ini
terinspirasi dari banyaknya tikus dirumah gue. Rumah sempit tapi luas rasanya (he...he...bingung kan ?) ya iyalah...!
Rumah gue itu tipe RSSSSSS (Rumah Sangat Sederhana Sempit Sekali
Senggol-Senggol), tapi kami yang tinggal di dalamnya punya hati seluas samudra (
he...he...lebay.....!), jadi walopun rumah sempit luas terasa (masih
bingung...? derita loe deh..!)
Sebenarnya
masih banyak pekerjaan yang harus gue lakukan daripada membuat kisah ini (
tugas kuliah bejibun...!), tapi karena tadi waktu ke kamar mandi hampir jatuh
gara-gara tikus nyerempet kaki gue ( besok mo buat traffic light khusus tikus aja deh, biar dia gak nyebrang
sembarangan), jengkel banget ! Coba bayangkan...! secara badan gue yang
segede ini ! ( masih gede Ade Ray kok) hampir KO ama tu tikus yang badannya
Cuma segede jempol ( emang ada? Ada...anaknya tikus. Tapi yang ini segede
jempolnya Ade Ray, berarti kakaknya tikus deh...).
Untuk
menghilangkan rasa penasaran ( padahal RnB gue belon ilang, Rasa nak B*ol maksudnye
), gue lacak tu tikus berdasarkan jejak yang ditinggalkannya. Selangkah demi
selangkah gue telusuri, sampe akhirnya sampai pada satu titik......sebenarnya
bukan titik, setumpuk tepatnya ! setumpuk rongsokan dari beraneka ragam
barang-barang rongsokan adek gue yang letaknya tepat di sudut sumur. Perasaan
gue yang tajam menyatakan bahwa disitulah tikus jahannam itu bersembunyi, gue
acak-acak tu barang, wallllaaaa......ternyata bener ! ini adalah komplek
perumahan tikus yang terbuat dari kertas-kertas tugas kuliah gue, novelnya
Sidney Sheldon, majalah donal bebek, novelnya Radtya Dika, sampe buku tentang
kewirausahaan. Gila benerrrr....ternyata selama ini buku-buku itu hilang karena
diambil tikus.
Gue
pilah-pilah buku-buku tersebut walopun baunya gak sedap banget, bau pipis tikus
! (busyet tuh tikus jadiin buku bacaan gue kakusnya), tiba-tiba......! satu
sosok hitam kecil berbulu lompat kearah muka gue, ceplok....! cuihhh....! kalo
tadi gue hampir jatuh gara-gara tikus, sekarang tikus menampar muka gue. Dengan
muka garang dan mata merah kecilnya tikus itu memandang gue tajam (setajam
silet), seolah-olah dia tak rela rumahnya gue acak-acak,mulut kecil runcing itu
menyeringai sambil mengeluarkan suara.....!
“Beraninya
loe ancurin rumah gue !
Tuinggggggg.....!
Gue terperangah tu tikus bisa ngomong.
“
Loe bisa ngomong Kus?!”
“
Iya! Napa, kaget Loe?
“
Ya iyalah....gue kaget ! seumur-umur gue, belum pernah ada tikus yang bisa
ngomong kayak loe”.
“
Ketinggalan jaman loe ! Emang loe kagak tau kalo selama ini gue aktor paling
terkenal?”
“
Loe bintang film, Kus ?! “
“
Ni ya...gue kasih tau ! Stuart Little,
Tom and Jerry, Rats, itu judul-judul film yang pernah gue bintangi “.
“ Belajar di mana loe ?”
“
Dari buku-buku yang gue curi lah....! “
“
Hah...! jadi loe curi buku-buku itu untuk loe pelajari ? trus novel-novel itu
untuk apa loe simpan? “
“
Oooh itu, ya, itu karena gue ngefans banget sama Sidney Sheldon. Keromantisan
isi novelnya hampir sama dengan pribadi gue.“
“
Ah, narsis loe ! trus novelnya Radtya Dika?! “
“
Hmmm...itu...karena kisah cinta gue sama dengan novelnya “Cinta Brontosaurus “.
Kadang juga gue termotivasi dengan kata-katanya Radtya Dika di saat hati dan
perasaan gue nggak dihargai sama cewek-cewek.”
“???”
“Ah,
sudahlah !! Mengapa harus bahas kehidupan gue. Loe mau lihat rumah gue lebih
jauh? Yuk.... cap ..cus...”. Si tikus mengajak gue keliling untuk melihat-lihat
suasana tempat tinggalnya.
“Oya,
kita belum kenalan ! Nama gue Prince Steven ?!”
Gedebuk
!!! kaki gue kesandung akar kayu yang melintang dijalan. Prince Steven???
Walahhh....kaget setengah mati! Gue pandangi tuh tikus yang ada di depan gue.
Menurut gue tuh tikus gak ada tampang sebagai pangeran. Bagi gue, mo pangeran
atau rakyak jelata tikus ya tetap tikus. Tampangnya semua sama.
“Napa
loe ?!! pake acara kesandung segala ? ini adalah gerbang menuju istana gue, tuh
di depan istananya”. Steven menunjuk kearah gundukan tanah besar yang
menyerupai sebuah gua. “ Ayo, masuk ??.
Dengan
langkah perlahan gue masuk kedalam gundukan tanah itu dengan sedikit
menundukkan kepala (badan gue lebih tinggi daripada istananya steven). Kami
disambut oleh dua tikus prajurit yang menjaga istana. Istana ini sangat luas,
dari luar saja terlihat seperti gundukan tanah. Ada cahaya matahari yang masuk
dari lobang-lobang kecil yang menyerupai jendela. Tiba di ruang tengah, gue
melihat ruangan yang penuh dengan rak buku yang tersusun rapi.
“Ini
ruang pustaka kami ?!” Steven menjelaskan ruang pertama yang kami temui. “Loe
boleh liat-liat kok ?! Gue mo ketemu sama Ayahanda raja mo kabarin kalo loe
datang” Steven beranjak pergi, meninggalkan gue yang terbengong-bengong,
melihat isi rak buku yang ada di depan gue. Kebanyakan buku politik dan
hubungan internasional. Wah...hebat ni tikus !!!
Gue
terus berjalan menyusuri ruangan, ada keriuhan di ruang sebelah. Penasaran !
Pengen lihat ada apa?
Ternyata
di sana tampak tikus-tikus lainnya yang sedang sibuk bekerja, ada yang sedang
mengatur lembar-lembar uang, menggulung kabel-kabel listrik, mengolah daging
sapi import dan ada yang sedang bernegosiasi dengan beberapa partai politik.
Gue
tambah bingung melihat kejadian ini semua. Kok bisa kehidupan tikus sekomplit
ini ??!! kelihatannya mereka lebih pintar dibandingkan dengan gue !! Bacaan
mereka aja elit-elit banget. Pantesan selama ini bokap gue pasang perangkap
tikus di rumah kagak ada satupun tikus yang terperangkap, ternyata mereka dah
pada pinter-pinter. Jangan-jangan ada tikus yang tamatan perguruan tinggi, atau
ahli strategi yang melatih mereka menghindari jebakan-jebakan manusia.
Pusing
gue...! liat tingkah laku tikus-tikus itu. Mending gue pulang, mencoba periksa
barang-barang gue yang lain siapa tau ada juga yang hilang, jangan-jangan uang
dalam celengan gue juga hilang satu per satu. Mumpung Steven belum balik, jadi
gue bisa langsung ngacir. Langkah seribu, gue lari sekencang-kencang menuju
jalan keluar. Di gerbang utama langkah gue di hadang dua prajurit.
“Anda
tidak boleh keluar ! Anda sudah menjadi sandera kami. “
“Sandera???
Sandera apaan?
“
Loe jadi sandera untuk kami tukar dengan Abang gue yang kejebak di Palestina,
ketika dia ingin mencuri buku taktik perjuangan HAMAS !” Suara Steven terdengar
jelas dibelakang gue.
“Apa
?!” Gue masih belum mengerti dengan semua kejadian ini. “Gue mau di kirim ke
Palestina untuk dibarter dengan Abang loe yang ditawan sama pasukan HAMAS,
gara-gara dia nyuri buku taktik perjuangan mereka ?!!
“
Iya ?! selama ini kami disewa oleh Israel untuk membantu mereka melakukan
perang bawah tanah dengan Palestina. Selama ini kami kekurangan pasokan makanan
di Indonesia, karena rakyat Indonesia banyak meracuni makanan-makanan yang akan
kami curi. Bila kami bisa menyelesaikan misi kami mencuri buku taktik para
pejuang HAMAS, maka kami akan mendapatkan pasokan makanan selama dua tahun”.
Oh
Tuhan??? Mengapa serumit ini kehidupan gue ? Mengapa pula para tikus-tikus ini
harus bekerjasama dengan Israel. Gue harus bisa kabur dari sarang tikus ini.
Bila gue bisa kabur dan menghancurkan sarang mereka berarti gua udah ikut
berjuang membantu Palestina menghancurkan konco-konco Israel. Lagian juga
tikus-tikus ini kan cuma sebesar jempolnya Ade Ray, kalau gue lari sambil injak
mereka, pasti gue bisa lari kerumah dan mengambil minyak serta korek api untuk
membakar sarang tikus ini.
Bismillah...Allahu
Akbar....!! Gue lari sekencang-kencangnya keluar dari sarang tikus dan sampai
di belakang rumah gue. Tikus-tikus belum ada yang keluar dari sarangnya. Bergegas
gue menuju ke tempat pembakaran sampah, biasanya disana ada minyak tanah yang
sering digunakan untuk menyiram sampah yang akan dibakar. Gue ambil jerigen
minyak, terasa ringan. Minyaknya hanya tinggal sedikit, tidak cukup untuk
membakar gundukan tanah itu.
Gue
mengambil mengambil parang untuk memotong daun kelapa kering yang banyak
berserakan di belakang rumah. Gue ikat daun-daun kelapa kering itu menjadi
seperti obor.
“
Hei ! Loe nggak akan bisa kabur dari kami ! Tiba-tiba Steven berteriak dari
gerbang istananya.
Wah...gawat...ni...gue
nggak bakal bisa melawan mereka sendirian. Apa yang harus gue lakukan ?
Kitty...! Ya, kucing gue dengan tiga ekor anaknya pasti bisa membantu gue.
“Kitty....pus...cccckk....ccckkk..pus....Kitty...”
Gue memanggil Kitty
“
Meong....meong.... ada apa bos ???.
Cuiiihhhh....tuiing....ngek..ngok....hampir
gue semaput alias pingsan. Kucing gue juga bisa ngomong kayak si tikus Steven.
“Nggak
perlu kaget gitu bos ! Gue juga udah lama memata-matai istana tikus itu, tapi
sekaranglah waktu yang tepat untuk menghancurkan mereka.”
“Baiklah
Kitty, mari kita serang mereka ! Dimana anak-anakmu ?”
“Mereka
sudah duluan kesana bos, lihat !!”
Disana,
gue liat tiga ekor anak Kitty sedang melawan para tikus-tikus itu.
“Ayo
Kitty !!”
“Tunggu
bos, sebaiknya bos menyerang dari arah samping. Bos masukan daun kering yang
terbakar melalui jendela-jendela kecil yang ada disamping istana. Biar kami
saja yang menyerang dari depan dan mencoba menghalau para tikus untuk masuk
kembali ke sarangnya”
“Brilliant
Kitty”. Gue segera berlari menuju samping istana dengan membawa jerigen minyak
dan ikatan daun kelapa kering.
“Tunggu
kode dari gue bos, baru bos luncurkan obor daun kelapa keringnya.”
“Siip...
!”
Gue
sudah tiba di jendela kecil istana tikus. Dari kejauhan gue melihat Kitty dan
anak-anaknya sedang berusaha menghalau para tikus-tikus itu untuk masuk kembali
ke sarangnya. Kitty berhadapan dengan Steven yang berusaha keras untuk kabur
dari istananya. Usaha Kitty dan anak-anaknya berhasil menghalau tikus masuk
kembali ke sarang mereka.
“Luncurkan,
bos !” Kitty berteriak dari kejauhan.
Gue
segera menuangkan minyak tanah ke dalam istana melalui jendela-jendela kecil
itu dan memasukkan ikatan-ikatan daun kelapa kering yang telah terbakar ke
setiap lobang jendela. Asap mengepul dan terdengar teriakan para tikus di dalam
sarangnya. Mereka tidak bisa kabur, gerbang depan dijaga oleh Kitty dan anak-anaknya.
Api menjilat-jilat keluar lobang jedela, aku merasakan hawa panas di sekitarku.
Istana itu sekarang menjadi onggokan tanah yang legam.
“Misi
kita berhasil bos” Kitty menghampiri gue.
“Alhamdulillah
Kitty, kita akhirnya bisa membunuh konconya Israel. Tapi loe kok bisa tahu
disini ada istana tikus “
“Gini
ceritanya bos ! Semenjak Israel merekrut para tikus untuk membantu mereka. Kami
secara sukarela mencoba membantu Palestina untuk memerangi para tikus.”
”Ooo
gitu ? Tapi loe juga ahli strategi Kitty”
“Gue
kan tergabung dalam Relawan Khusus Kucing Peduli Palestina (RK2P2)”.
“Keren
loe Kitty”
“Iya
dong, siapa gue ???”
“Ye...sombong....sombong
!!”
“He...he...he...”
Akhirnya
selesai juga misi gue untuk menulis cerita ini dan Kitty pun sekarang sudah
bisa istirahat dari tugasnya. Tinggal menunggu panggilan selanjutnya. Bila ada
diantara kalian yang sulit memberantas tikus dirumahnya, silakan hubungi kami.
Siapa tau, tikus dirumah kalian juga sudah dibayar sama Israel !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar