Kamis, 24 Juli 2014

TIKUS RUMAH GUE



Kisah ini terinspirasi dari banyaknya tikus dirumah gue. Rumah sempit tapi luas rasanya (he...he...bingung kan ?) ya iyalah...! Rumah gue itu tipe RSSSSSS (Rumah Sangat Sederhana Sempit Sekali Senggol-Senggol), tapi kami yang tinggal di dalamnya punya hati seluas samudra ( he...he...lebay.....!), jadi walopun rumah sempit luas terasa (masih bingung...? derita loe deh..!)

Sebenarnya masih banyak pekerjaan yang harus gue lakukan daripada membuat kisah ini ( tugas kuliah bejibun...!), tapi karena tadi waktu ke kamar mandi hampir jatuh gara-gara tikus nyerempet kaki gue ( besok mo buat traffic light khusus tikus aja deh, biar dia gak nyebrang sembarangan), jengkel banget ! Coba bayangkan...! secara badan gue yang segede ini ! ( masih gede Ade Ray kok) hampir KO ama tu tikus yang badannya Cuma segede jempol ( emang ada? Ada...anaknya tikus. Tapi yang ini segede jempolnya Ade Ray, berarti kakaknya tikus deh...).
Untuk menghilangkan rasa penasaran ( padahal RnB gue belon ilang, Rasa nak B*ol maksudnye ), gue lacak tu tikus berdasarkan jejak yang ditinggalkannya. Selangkah demi selangkah gue telusuri, sampe akhirnya sampai pada satu titik......sebenarnya bukan titik, setumpuk tepatnya ! setumpuk rongsokan dari beraneka ragam barang-barang rongsokan adek gue yang letaknya tepat di sudut sumur. Perasaan gue yang tajam menyatakan bahwa disitulah tikus jahannam itu bersembunyi, gue acak-acak tu barang, wallllaaaa......ternyata bener ! ini adalah komplek perumahan tikus yang terbuat dari kertas-kertas tugas kuliah gue, novelnya Sidney Sheldon, majalah donal bebek, novelnya Radtya Dika, sampe buku tentang kewirausahaan. Gila benerrrr....ternyata selama ini buku-buku itu hilang karena diambil tikus.
Gue pilah-pilah buku-buku tersebut walopun baunya gak sedap banget, bau pipis tikus ! (busyet tuh tikus jadiin buku bacaan gue kakusnya), tiba-tiba......! satu sosok hitam kecil berbulu lompat kearah muka gue, ceplok....! cuihhh....! kalo tadi gue hampir jatuh gara-gara tikus, sekarang tikus menampar muka gue. Dengan muka garang dan mata merah kecilnya tikus itu memandang gue tajam (setajam silet), seolah-olah dia tak rela rumahnya gue acak-acak,mulut kecil runcing itu menyeringai sambil mengeluarkan suara.....!
“Beraninya loe ancurin rumah gue !
Tuinggggggg.....! Gue terperangah tu tikus bisa ngomong.
“ Loe bisa ngomong Kus?!”
“ Iya! Napa, kaget Loe?
“ Ya iyalah....gue kaget ! seumur-umur gue, belum pernah ada tikus yang bisa ngomong kayak loe”.
“ Ketinggalan jaman loe ! Emang loe kagak tau kalo selama ini gue aktor paling terkenal?”
“ Loe bintang film, Kus ?! “
“ Ni ya...gue kasih tau ! Stuart Little, Tom and Jerry, Rats, itu judul-judul film yang pernah gue bintangi “.
“ Belajar di mana loe ?”                                 
“ Dari buku-buku yang gue curi lah....! “
“ Hah...! jadi loe curi buku-buku itu untuk loe pelajari ? trus novel-novel itu untuk apa loe simpan? “
“ Oooh itu, ya, itu karena gue ngefans banget sama Sidney Sheldon. Keromantisan isi novelnya hampir sama dengan pribadi gue.“
“ Ah, narsis loe ! trus novelnya Radtya Dika?! “
“ Hmmm...itu...karena kisah cinta gue sama dengan novelnya “Cinta Brontosaurus “. Kadang juga gue termotivasi dengan kata-katanya Radtya Dika di saat hati dan perasaan gue nggak dihargai sama cewek-cewek.”
“???”
“Ah, sudahlah !! Mengapa harus bahas kehidupan gue. Loe mau lihat rumah gue lebih jauh? Yuk.... cap ..cus...”. Si tikus mengajak gue keliling untuk melihat-lihat suasana tempat tinggalnya.
“Oya, kita belum kenalan ! Nama gue Prince Steven ?!”
Gedebuk !!! kaki gue kesandung akar kayu yang melintang dijalan. Prince Steven??? Walahhh....kaget setengah mati! Gue pandangi tuh tikus yang ada di depan gue. Menurut gue tuh tikus gak ada tampang sebagai pangeran. Bagi gue, mo pangeran atau rakyak jelata tikus ya tetap tikus. Tampangnya semua sama.
“Napa loe ?!! pake acara kesandung segala ? ini adalah gerbang menuju istana gue, tuh di depan istananya”. Steven menunjuk kearah gundukan tanah besar yang menyerupai sebuah gua. “ Ayo, masuk ??.
Dengan langkah perlahan gue masuk kedalam gundukan tanah itu dengan sedikit menundukkan kepala (badan gue lebih tinggi daripada istananya steven). Kami disambut oleh dua tikus prajurit yang menjaga istana. Istana ini sangat luas, dari luar saja terlihat seperti gundukan tanah. Ada cahaya matahari yang masuk dari lobang-lobang kecil yang menyerupai jendela. Tiba di ruang tengah, gue melihat ruangan yang penuh dengan rak buku yang tersusun rapi.
“Ini ruang pustaka kami ?!” Steven menjelaskan ruang pertama yang kami temui. “Loe boleh liat-liat kok ?! Gue mo ketemu sama Ayahanda raja mo kabarin kalo loe datang” Steven beranjak pergi, meninggalkan gue yang terbengong-bengong, melihat isi rak buku yang ada di depan gue. Kebanyakan buku politik dan hubungan internasional. Wah...hebat ni tikus !!!
Gue terus berjalan menyusuri ruangan, ada keriuhan di ruang sebelah. Penasaran ! Pengen lihat ada apa?
Ternyata di sana tampak tikus-tikus lainnya yang sedang sibuk bekerja, ada yang sedang mengatur lembar-lembar uang, menggulung kabel-kabel listrik, mengolah daging sapi import dan ada yang sedang bernegosiasi dengan beberapa partai politik.
Gue tambah bingung melihat kejadian ini semua. Kok bisa kehidupan tikus sekomplit ini ??!! kelihatannya mereka lebih pintar dibandingkan dengan gue !! Bacaan mereka aja elit-elit banget. Pantesan selama ini bokap gue pasang perangkap tikus di rumah kagak ada satupun tikus yang terperangkap, ternyata mereka dah pada pinter-pinter. Jangan-jangan ada tikus yang tamatan perguruan tinggi, atau ahli strategi yang melatih mereka menghindari jebakan-jebakan manusia.
Pusing gue...! liat tingkah laku tikus-tikus itu. Mending gue pulang, mencoba periksa barang-barang gue yang lain siapa tau ada juga yang hilang, jangan-jangan uang dalam celengan gue juga hilang satu per satu. Mumpung Steven belum balik, jadi gue bisa langsung ngacir. Langkah seribu, gue lari sekencang-kencang menuju jalan keluar. Di gerbang utama langkah gue di hadang dua prajurit.
“Anda tidak boleh keluar ! Anda sudah menjadi sandera kami. “
“Sandera??? Sandera apaan?
“ Loe jadi sandera untuk kami tukar dengan Abang gue yang kejebak di Palestina, ketika dia ingin mencuri buku taktik perjuangan HAMAS !” Suara Steven terdengar jelas dibelakang gue.
“Apa ?!” Gue masih belum mengerti dengan semua kejadian ini. “Gue mau di kirim ke Palestina untuk dibarter dengan Abang loe yang ditawan sama pasukan HAMAS, gara-gara dia nyuri buku taktik perjuangan mereka ?!!
“ Iya ?! selama ini kami disewa oleh Israel untuk membantu mereka melakukan perang bawah tanah dengan Palestina. Selama ini kami kekurangan pasokan makanan di Indonesia, karena rakyat Indonesia banyak meracuni makanan-makanan yang akan kami curi. Bila kami bisa menyelesaikan misi kami mencuri buku taktik para pejuang HAMAS, maka kami akan mendapatkan pasokan makanan selama dua tahun”.
Oh Tuhan??? Mengapa serumit ini kehidupan gue ? Mengapa pula para tikus-tikus ini harus bekerjasama dengan Israel. Gue harus bisa kabur dari sarang tikus ini. Bila gue bisa kabur dan menghancurkan sarang mereka berarti gua udah ikut berjuang membantu Palestina menghancurkan konco-konco Israel. Lagian juga tikus-tikus ini kan cuma sebesar jempolnya Ade Ray, kalau gue lari sambil injak mereka, pasti gue bisa lari kerumah dan mengambil minyak serta korek api untuk membakar sarang tikus ini.
Bismillah...Allahu Akbar....!! Gue lari sekencang-kencangnya keluar dari sarang tikus dan sampai di belakang rumah gue. Tikus-tikus belum ada yang keluar dari sarangnya. Bergegas gue menuju ke tempat pembakaran sampah, biasanya disana ada minyak tanah yang sering digunakan untuk menyiram sampah yang akan dibakar. Gue ambil jerigen minyak, terasa ringan. Minyaknya hanya tinggal sedikit, tidak cukup untuk membakar gundukan tanah itu.
Gue mengambil mengambil parang untuk memotong daun kelapa kering yang banyak berserakan di belakang rumah. Gue ikat daun-daun kelapa kering itu menjadi seperti obor.
“ Hei ! Loe nggak akan bisa kabur dari kami ! Tiba-tiba Steven berteriak dari gerbang istananya.
Wah...gawat...ni...gue nggak bakal bisa melawan mereka sendirian. Apa yang harus gue lakukan ? Kitty...! Ya, kucing gue dengan tiga ekor anaknya pasti bisa membantu gue.
“Kitty....pus...cccckk....ccckkk..pus....Kitty...” Gue memanggil Kitty
“ Meong....meong.... ada apa bos ???.
Cuiiihhhh....tuiing....ngek..ngok....hampir gue semaput alias pingsan. Kucing gue juga bisa ngomong kayak si tikus Steven.
“Nggak perlu kaget gitu bos ! Gue juga udah lama memata-matai istana tikus itu, tapi sekaranglah waktu yang tepat untuk menghancurkan mereka.”
“Baiklah Kitty, mari kita serang mereka ! Dimana anak-anakmu ?”
“Mereka sudah duluan kesana bos, lihat !!”
Disana, gue liat tiga ekor anak Kitty sedang melawan para tikus-tikus itu.
“Ayo Kitty !!”
“Tunggu bos, sebaiknya bos menyerang dari arah samping. Bos masukan daun kering yang terbakar melalui jendela-jendela kecil yang ada disamping istana. Biar kami saja yang menyerang dari depan dan mencoba menghalau para tikus untuk masuk kembali ke sarangnya”
“Brilliant Kitty”. Gue segera berlari menuju samping istana dengan membawa jerigen minyak dan ikatan daun kelapa kering.
“Tunggu kode dari gue bos, baru bos luncurkan obor daun kelapa keringnya.”
“Siip... !”
Gue sudah tiba di jendela kecil istana tikus. Dari kejauhan gue melihat Kitty dan anak-anaknya sedang berusaha menghalau para tikus-tikus itu untuk masuk kembali ke sarangnya. Kitty berhadapan dengan Steven yang berusaha keras untuk kabur dari istananya. Usaha Kitty dan anak-anaknya berhasil menghalau tikus masuk kembali ke sarang mereka.
“Luncurkan, bos !” Kitty berteriak dari kejauhan.
Gue segera menuangkan minyak tanah ke dalam istana melalui jendela-jendela kecil itu dan memasukkan ikatan-ikatan daun kelapa kering yang telah terbakar ke setiap lobang jendela. Asap mengepul dan terdengar teriakan para tikus di dalam sarangnya. Mereka tidak bisa kabur, gerbang depan dijaga oleh Kitty dan anak-anaknya. Api menjilat-jilat keluar lobang jedela, aku merasakan hawa panas di sekitarku. Istana itu sekarang menjadi onggokan tanah yang legam.
“Misi kita berhasil bos” Kitty menghampiri gue.
“Alhamdulillah Kitty, kita akhirnya bisa membunuh konconya Israel. Tapi loe kok bisa tahu disini ada istana tikus “
“Gini ceritanya bos ! Semenjak Israel merekrut para tikus untuk membantu mereka. Kami secara sukarela mencoba membantu Palestina untuk memerangi para tikus.”
”Ooo gitu ? Tapi loe juga ahli strategi Kitty”
“Gue kan tergabung dalam Relawan Khusus Kucing Peduli Palestina (RK2P2)”.
“Keren loe Kitty”
“Iya dong, siapa gue ???”
“Ye...sombong....sombong !!”
“He...he...he...”
Akhirnya selesai juga misi gue untuk menulis cerita ini dan Kitty pun sekarang sudah bisa istirahat dari tugasnya. Tinggal menunggu panggilan selanjutnya. Bila ada diantara kalian yang sulit memberantas tikus dirumahnya, silakan hubungi kami. Siapa tau, tikus dirumah kalian juga sudah dibayar sama Israel !!!



Tidak ada komentar: