Salam’alaikum #aneukmudapidie
semua, senang banget bila saat ini saya punya berita yang menarik, sebagai
#aneukmudapidie kalian wajib tahu semuanya. Kali ini saya ingin memberitahukan
kepada sobat semua tentang asal mula nama Gampong Keumala Dalam. Pasti kalian
mengira Keumala Dalam diberi nama seperti itu karena letaknya yang dikelilingi
oleh pegunungan. Ternyata bukan begitu sob...”Dalam” adalah Bahasa Aceh yang mempunyai
arti “tempat tinggal raja” dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan ” Keumala “ mempunyai
arti “batu yang bercahaya”
 |
Sultan Tuanku Muhammad Dawodsyah (Wikipedia) |
Ternyata dulunya
Keumala pernah menjadi Ibukota Pemerintahan Aceh saat Sultan Tuanku Muhammad
Dawod Syah menjabat sebagai raja. Ceritanya begini, sebelumnya Ibukota
Pemerintahan Aceh berada di Indrapuri. Namun kemudian Indrapuri hancur akibat
dari serangan Belanda. Akhirnya, Sultan kemudian memerintahkan untuk
mencari pusat kedudukan baru dan memilih Peukan Keumala sebagai lokasi yang
tepat pada 1879. Tuanku Hasyim bersama putranya Tuanku Raja Keumala, dan
Panglima Polim bersama putranya Teuku Raja Kuala diperintahkan menjalankan roda
pemerintahan di sana.
H. Mohammad
Said dalam bukunya Aceh Sepanjang Abad menuliskan beberapa faktor dipilihnya
Keumala sebagai pusat pemerintahan baru Kerajaan Aceh Darussalam. Di antaranya,
Keumala dianggap sebagai daerah strategis dan aman dari bahaya penyerbuan
mendadak. Selain itu, Mohammad Said menjelaskan, seluruh rakyat Keumala telah
dimobilisasi dan dalam keadaan siap tempur untuk menghadapi Belanda dalam waktu
singkat.
Ketidakberhasilan
Belanda menerobos masuk ke Keumala, membuat perlawanan-perlawanan di seluruh
daerah Kerajaan Aceh Darussalam berkobar. Di wilayah barat Aceh, Teuku Umar
memimpin perlawanan rakyat Meulaboh mengusir Belanda. Dia dibantu oleh mantan
istri Teungku Ibrahim Lamnga, Cut Nyak Dhien, yang kelak dipinangnya. Di Pasee,
perlawanan rakyat melawan Belanda berada di bawah kendali Teungku Chik Di
Tunong, Pang Nanggroe dan Cut Meutia.
Posisi Keumala Dalam sebagai pusat
pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam berlangsung hingga 20 tahun lamanya.
Sejak pusat ibukota dipindahkan ke tempat itu, daerah Keumala Dalam menjadi
ramai. Banyak rapat-rapat militer menghadapi Belanda berlangsung di sana.
Selain itu, banyak pula uleebalang yang datang menghadap Tuanku Mohammad Dawot
Syah untuk meminta pengakuan sebagai wakil Sultan dan tanda Cap Sikureung.